MARET 2024 | 4-10 MAR 2024
Nehemia 8:11
"… Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!"
Ketika Ezra membaca dan menjelaskan kitab Suci, umat Tuhan merespon dengan penuh penyesalan dan kesedihan. Mereka berduka karena dosa-dosa mereka. Hari itu orang-orang Yahudi baru saja memperingati hari pendamaian karena Tuhan telah mengampuni dosa - dosa mereka, seharusnya mereka bersukacita dalam pengampunan-Nya. Pada kalender orang Yahudi, hari raya Pondok Daun mengikuti hari pendamaian, dimana umat Tuhan selama satu minggu penuh merayakan dengan sukacita. Nehemia meyakinkan orang - orang untuk berhenti berduka dan mulai untuk merayakan, karena tidaklah benar bila kita terus berdukacita kalau Tuhan telah mengampuni kita.
1. Sukacita kita berakar dalam keselamatan kita
Firman Tuhan tidak hanya membuat kita menyesali dosa-dosa kita namun juga membimbing kita kepada pertobatan. Firman Tuhan juga memberi sukacita untuk kita. Tuhan tidak memberikan sukacita yang bersifat sementara atau hanya sampai perasaan yang baik, tetapi sukacita yang diberikan oleh Tuhan berakar dalam keselamatan kita. Hal tersebut dikarenakan dosa kita telah diampuni dan kita telah dipulihkan sehingga kita memiliki hubungan dengan Tuhan, dan dapat merasakan sukacita yang penuh dari Tuhan. Sukacita itu adalah tanda bahwa ada Roh Kudus yang tinggal didalam kita (Galatia 5 : 22) dan bila Roh Tuhan ada di dalam kita, kita juga akan menerima kekuatan dari Tuhan.
Mazmur 103:2-3
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.
Mazmur 19:8
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman."
Yeremia 15:16
"Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam."
2. Sukacita kita didalam Tuhan adalah sumber kekuatan kita
Kata “kekuatan” digunakan orang Ibrani untuk mendeskripsikan sebuah benteng atau kubu yang kuat. Ketika kita berada dalam masalah, kita mengetahui tempat perlindungan kita yang aman, yaitu dalam Tuhan itu sendiri.
Mazmur 119 : 111
"Peringatan-peringatan-Mu adalah milik pusakaku untuk selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku."
Sukacita kita berasal dari pengenalan kita akan Tuhan, apa yang dilakukan-Nya, apa yang Ia katakan dan apa yang ia berikan. Sebagai orang yang berdosa, kita tidak bisa berbahagia, tetapi sebagai umat yang telah diampuni oleh Tuhan, kita tidak memiliki alasan untuk berduka. Sebagai anak-anak Tuhan, kita juga memikul beban dan mengetahui apa artinya menangis, tetapi disaat yang bersamaan kita dapat merasakan kekuatan yang diberikan oleh Tuhan untuk mengubah kedukaan kita menjadi sukacita.
Dari dalam penjara Paulus menulis surat yang berisi “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4 : 4). Sukacita Paulus tidak bergantung dengan lingkungan sekelilingnya, terlebih dari itu sukacita paulus bergantung pada Roh Kudus dari Tuhan yang menghasilkan kebahagiaan dari dalam dirinya.
Refleksi
Apa sumber sukacita dalam hidup kita? Apakah dalam keadaan yang ideal, kemakmuran atau status sosial? Hal tersebut adalah sukacita yang sementara dan natural, tetapi sukacita yang supranatural tidak berdasarkan keadaan, kemakmuran ataupun status sosial. Sukacita kita karena Tuhan itulah kekuatan kita. Amin.
Referensi
Comentários