SEPTEMBER 2023 | 3 - 9 SEP 2023
Hakim-Hakim 11:30-31
"Lalu bernazarlah Yefta kepada Tuhan, katanya: ”Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan Tuhan, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.”
Yefta adalah seorang hakim dan pemimpin bangsa Israel. Ia juga merupakan seorang pahlawan yang gagah perkasa, hal tersebut dapat terlihat sikap nya yang penuh dengan keberanian dan kegigihan ketika ia memimpin bangsa Israel melawan bangsa Amon meskipun bangsanya pernah menolak dan membuangnya. Pola pikir Yefta dapat dilihat melalui segala cara dan tindakan yang dilakukannya. Meskipun Yefta seorang pemimpin yang gagah perkasa, ia memiliki kekurangan, nazar yang pernah diucapkannya membuatnya sangat sedih dan penuh dengan gejolak emosi dalam keluarganya. Ini adalah akibat dari nazar yang diucapkannya tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Dari pola pikir Yefta ini, terdapat beberapa hal yang dapat kita pelajari diantaranya adalah :
1. Berhati - hatilah dalam setiap perkataan yang kita ucapkan Nazar yang Yefta ucapkan menghasilkan konsekuensi yang berat untuknya. Hal tersebut mengajarkan kita pentingnya untuk berpikir sebelum berbicara dan memikirkan dengan baik setiap janji / komitmen yang kita buat, terutama saat gejolak emosi kita sedang memuncak. Kata - kata yang kita ucapkan selalu memiliki dampak, ketika kita sudah mengucapkannya maka sangat sulit untuk menariknya kembali.
Pengkhotbah 5:1-2
Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit. Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan.
2 .Selalu mempertimbangkan segala konsekuensi dari setiap perbuatan / tindakan yang diambil.
Keputusan yang diambil Yefta membawa hasil akhir yang tidak baik. Dalam kehidupan kita sehari - sehari, kita harus membiasakan diri kita untuk mengambil waktu sejenak untuk mempertimbangkan segala konsekuensi yang dapat terjadi sebelum kita mengambil keputusan untuk bertindak. Mengambil pilihan yang telah dipikirkan matang - matang dan bijaksana dapat menyelamatkan kita dari penyesalan dan kesedihan.
Amsal 14:15
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
3. Selalu meminta bimbingan dan nasehat
Yefta tidak berkonsultasi dengan siapapun sebelum ia membuat sumpah / nazarnya sehingga membuatnya menyesal dan meratapi keputusannya tersebut. Hal tersebut menekankan pentingnya untuk meminta bimbingan dan nasehat dari teman - teman yang telah dipercaya, anggota keluarga ataupun mentor dan gembala kita di gereja pada saat kita menghadapi pilihan yang sukar di dalam hidup kita karena pandangan mereka dapat memberikan wawasan lain yang berharga dan membantu kita agar tidak mengambil keputusan yang terburu-buru dan akhirnya keliru.
Amsal 15:22
Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.
Refleksi
Dari kisah Yefta ini meskipun adanya kesalahan dalam mengambil tindakan, namun kisah ini juga menunjukkan adanya potensi pertumbuhan dan pembelajaran dari sebuah kesalahan. Mengakui segala kesalahan yang telah kita buat dan saat kita berusaha untuk memperbaiki diri kita, hal tersebut akan menghasilkan pertumbuhan dan menjadikan pengalaman tersebut untuk mengajar kita meraih masa depan yang lebih baik.
Referensi
Comentários