AGUSTUS 2023 | 6 AUG - 12 AUG 2023
Kejadian 18:9-15
Lalu kata mereka kepadanya: ”Di manakah Sara, isterimu?” Jawabnya: ”Di sana, di dalam kemah.” Dan firman-Nya: ”Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya. Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid. Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: ”Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?” Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: ”Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki.” Lalu Sara menyangkal, katanya: ”Aku tidak tertawa,” sebab ia takut; tetapi TUHAN berfirman: ”Tidak, memang engkau tertawa!”
Banyaknya pertolongan Tuhan yang kita peroleh tidak menjamin bahwa pola pikir yang kita miliki sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Sebaliknya, pola pikir kita yang sebenarnya dapat terlihat dari respon yang kita berikan saat kita melihat sebuah masalah maupun respon saat kita menghadapi sebuah masalah.
Cobalah kita melihat masalah yang dihadapi oleh Sara, istri Abraham pada saat masa tua nya. Ketika ia mendengar bahwa Tuhan berjanji untuk mengaruniakan seorang anak baginya. Tentunya Abraham dan Sara sangat bergembira dan dengan cermat ia merencanakan dan mempersiapkan kedatangan anak yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu belum ada tanda - tanda bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak, hal tersebut membuat Sara menjadi kecewa dan harapannya kepada Tuhan yang semula bersinar terang menjadi sirna.
14 tahun telah berlalu dan Abraham sudah mendekati usia 100 tahun dan Sara 90 tahun, saat janji Tuhan mengenai seorang anak yang mungkin telah pudar dalam benak Abraham dan Sara, Tuhan datang mengunjungi mereka dan berkata bahwa mereka akan dikaruniakan seorang anak. Lalu, bagaimana respon yang mereka berikan? Mereka tertawa, tertawa bukan karena mereka merasa senang tetapi mereka tertawa untuk mengekspresikan rasa kepasrahan dan keputusasaan mereka, karena mereka yakin di dalam benaknya bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Kejadian 17:17
Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: ”Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?
Kejadian 18:12
Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: ”Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?
Seringkali kita sebagai umat yang percaya memberikan respon yang sama seperti Abraham dan Sara ketika kita diijinkan Tuhan untuk menunggu jawaban, mukjizat / janji Tuhan tergenapi. Dibanding untuk tetap berharap dan percaya kepada Tuhan, seringkali umat Tuhan lebih memilih untuk percaya kepada situasi dan kondisi yang terlihat, sama seperti Abraham dan Sara. Tetapi kembali kita diingatkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan ketika kita berada dalam situasi putus asa dan tidak ada harapan, kita harus kembali kepada Tuhan dan berdoa agar Tuhan mengubahkan iman, persepsi, sikap dan pola pikir kita serta menanamkan kepercayaan yang baru. Sebagaimana Tuhan memberikan perubahan terhadap iman, persepsi, sikap, pola pikir, dan menanamkan kepercayaan yang baru kepada Sara dan Abraham.
Ibrani 11:11
Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
Renungan
1. Pernahkah kita berada di situasi dimana kita tidak percaya kepada rencana Tuhan? Bila iya, apa yang membuat kita tidak percaya?
2. Apakah kita merasa sulit untuk percaya bahwa tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan? Bila iya, apa yang membuat kita sulit untuk percaya?
Referensi
Comments