DECEMBER 2023 | 3-9 DEC 2023
Matius 19:16-26
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ”Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: ”Perintah yang mana?” Kata Yesus: ”Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: ”Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: ”Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: ”Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”
Pada masa itu, orang Yahudi percaya bahwa kekayaan adalah bukti dari berkat Tuhan kepada manusia. Hal tersebut dilandasi oleh janji Tuhan yang diberikan oleh orang Yahudi pada awal sejarah mereka. Memang benar Tuhan berjanji bila mereka taat kepada Firman-Nya, maka mereka akan mendapatkan berkat jasmani, dan sebaliknya mereka akan kehilangan berkat tersebut bila mereka tidak taat Firman Tuhan.
Dari kisah ini, kita dapat melihat bahwa pemuda tersebut merupakan pemuda yang kaya dan mungkin ia merupakan pemimpin di tempat ibadah. Ia datang secara terbuka kepada Kristus dan bertanya mengenai hal - hal lahiriah. Ia terlihat tidak memiliki motif terselubung dan mau untuk mendengar dan belajar, tetapi sayangnya ia telah membuat keputusan yang salah.
Dari percakapan Yesus dengan pemuda kaya tersebut, kita dapat melihat pola pikir yang dimiliki oleh pemuda tersebut diantaranya adalah :
1. Memiliki pola pikir yang tulus, meskipun ia memiliki kedudukan yang baik dalam masyarakat, moralitas dan agamanya, pemuda tersebut masih menginginkan sesuatu yang lebih.
Matius 19:16-17
Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: ”Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.”
Jawaban Yesus tidak berfokus secara langsung pada kehidupan kekal, tetapi Ia memaksa pemuda tersebut untuk serius berpikir mengenai kata “baik” yang pemuda tersebut katakan, karena hanya Tuhan lah yang baik.
Kebaikan manusia tidak sama dengan kebaikan Tuhan. Kebaikan yang sebenarnya hanya dapat kita temukan ketika kita mengikuti standar yang mencerminkan karakter - karakter Kristus dalam diri kita. Perlu dimengerti bahwa kita memperoleh hidup kekal bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan melainkan karena ketaatan kita pada Firman Tuhan.
2. Pola pikir yang merasa bangga terhadap hal - hal lahiriah yang telah ia lakukan
Matius 19:20
Kata orang muda itu kepada-Nya: ”Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
Mengapa Yesus mengemukakan hukum - hukum tersebut? Apakah Ia ingin mengajarkan bahwa setiap orang yang mau menerima kehidupan kekal maka ia harus taat pada hukum - hukum-Nya? Benar, barangsiapa menaati perintah - perintah-Nya, maka ia dapat memperoleh kehidupan kekal, tetapi tidak ada yang dapat menaatinya secara sempurna.
Roma 3:20
"Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."
Yesus tidak bermaksud memberikan solusi jalan keselamatan melalui hukum Taurat, tetapi justru dengan mengenal hukum Taurat, keselamatan itu diperlukan. Hukum Taurat sebagai cermin yang menunjukan siapa kita sebenarnya.
Yakobus 1:22-23
Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
3. Tamak dan cinta pada kekayaan dunia
Matius 19:21
Kata Yesus kepadanya: ”Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”
Pemuda kaya tersebut memiliki perilaku dan moral yang baik, tetapi ia tidak dapat melihat dosa yang tersembunyi di dalam dirinya. Oleh karena itu, Tuhan Yesus meminta nya untuk menjual seluruh hartanya, hal itu dilakukan agar pemuda tersebut dapat memeriksa hati dan prioritasnya.
Tidak tertulis dalam Firman Tuhan, bahwa seorang pendosa diselamatkan oleh karena mereka menjual hartanya dan memberikannya kepada orang lain. Yesus tidak pernah meminta Nicodemus ataupun pendosa lain yang tertulis dalam Firman Tuhan untuk melakukan hal tersebut.
Walaupun dengan sifatnya yang sangat terpuji, pemuda itu tidak mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, harta yang dimiliki adalah Tuhannya. Hal tersebut terlihat ketika Tuhan menyuruhnya untuk pergi dan menjual segala harta bendanya serta ikut Tuhan, pemuda tersebut tidak mau dan ia pergi dengan hati yang sedih karena ia memiliki harta benda yang sangat banyak
Refleksi :
Tuhan Yesus berusaha untuk menunjukkan kepada kita bila berkat rohani lebih penting dibandingkan memperoleh harta duniawi. Tuhan melihat hati kita dan Ia ingin agar kita dapat membangun karakter kita.
Kekayaan duniawi bukanlah jaminan bahwa Tuhan berkenan pada hidup seseorang, melainkan anugerah terbesar yang diberikan oleh Tuhan sebagai bentuk respon dari iman seseorang adalah keselamatan jiwa.
Jadi, apakah kita taat kepada perintah - perintah Tuhan karena ingin memperoleh harta kekayaan dunia semata? Perlu diingat bahwa, level tertinggi ketaatan manusia tidak didasarkan supaya memperoleh kekayaan maupun rasa takut akan hukuman, tetapi didasari oleh rasa cinta kepada Tuhan.
Referensi
Comments