top of page

POLA PIKIR ORANG FARISI

OKTOBER 2023 | 8 - 14 OKT 2023


Orang Farisi atau orang-Orang yang terpisah adalah kaum minoritas di antara para pemimpin agama di Israel pada masanya. Mereka berjumlah sekitar 6000 orang pada masa Perjanjian Baru. Doktrin mereka didasarkan dari prinsip - prinsip etika dan kehidupan yang beretika menjadi prioritas mereka di dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Hal tersebut membuat kasih dan rasa belas kasihan memiliki ruang yang sangat kecil di dalam diri mereka. Sebagai ahli hukum, orang farisi percaya bahwa merekalah yang memberi penafsiran yang benar mengenai hukum - hukum Tuhan. Mereka sangat membanggakan dirinya sendiri karena mereka merasa bahwa mereka telah mengabdikan diri kepada Ibadah yang murni.


Berikut merupakan beberapa hal yang dapat kita lihat dari pola pikir orang Farisi, sehingga kita dapat belajar untuk tidak mengikuti perilaku mereka.


1. Munafik

Orang Farisi banyak mengetahui tentang hukum - hukum Allah, melakukan banyak hal untuk terlihat sangat spiritual, saleh dan penuh dengan kehormatan, tetapi terlepas dari itu semua, hatinya jauh daripada Tuhan. Mereka cenderung mengabaikan hubungan mereka dengan Tuhan dan hanya tertarik serta mementingkan dirinya untuk melayani status dan keuntungan bagi diri mereka sendiri.


Matius 23 : 27 - 28

"Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan."

Kita akan menjadi seperti orang Farisi ketika kita berusaha untuk terlihat religius di mata manusia namun pada kenyataannya kita tidak memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.


2. Memberi persembahan untuk mendapatkan imbalan

Kita akan sama seperti orang Farisi ketika kita memberi sesuatu atau memaksa orang lain untuk memberi persembahan atau perpuluhan dengan motivasi untuk mendapatkan imbalan.


Matius 23:16-19

Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada diatasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?

Ketika kita memberi karena imbalan, maka imbalan itu adalah alasan kita untuk memberi. Hal ini akan membuat kita menjadikan kita menjadi orang yang tamak karena kita tidak memberi berdasarkan rasa kasih kita kepada Tuhan melainkan janji untuk mendapatkan keuntungan finansial atau berkat lain yang diperoleh saat memberi.


3. Memiliki banyak pengetahuan, tetapi tidak pernah melakukannya

Orang Farisi merasa mereka memiliki banyak pengetahuan mengenai Firman Tuhan, tetapi bagi orang - orang yang mendengarkan mereka berbicara dan mengajar, mereka cenderung kecewa karena perkataan orang Farisi tidak sesuai dengan apa yang mereka perbuat. Kita akan menjadi seperti orang Farisi ketika kita tidak berkeinginan untuk memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Firman Tuhan yang dipelajari dan diteliti hanya berfungsi untuk menambah pengetahuan kita, tetapi tidak berusaha sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan dan akhirnya akan menjadi batu sandungan bagi orang - orang disekitar kita.

4. Sikap menghakimi

Orang Farisi adalah orang yang cepat untuk menghakimi dan sukar untuk memaafkan orang lain. Kita bertindak sama seperti orang Farisi ketika kita mengkritik dan menghakimi orang lain, kita cenderung menyoroti dosa - dosa mereka dan berusaha untuk menutupi dosa kita sendiri. Kita harus ingat, Tuhan memanggil kita untuk mengasihi sesama kita, bukan untuk menghakimi sesama kita. Kesaksian dari hidup kita terletak pada belas kasihan kita terhadap orang lain, bukan pada kecaman kita terhadap mereka. Oleh karena itu kita tidak boleh merasa bahwa kita memiliki tingkat rohani yang lebih tinggi daripada yang lain karena kita mendengar lebih banyak Firman Tuhan sehingga kita tidak mudah untuk menghakimi sesama kita.

Matius 7:3-5

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Refleksi :

Apa yang dapat kita lakukan untuk mencerminkan hubungan pribadi kita dengan Tuhan kita Yesus Kristus? Cara terbaik untuk memulainya adalah dengan menguji diri sendiri untuk melihat ketulusan kita dalam menyembah Tuhan.


Referensi




163 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page