OKTOBER 2023 | 22 - 28 OKT 2023
Filipi 2:5-11
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Paulus menyampaikan pesan yang mendasari ketaatan Kristus yang menggambarkan pola pikir seorang hamba yang taat. Tuhan Yesus sendiri merupakan teladan dari ketaatan tersebut. Mari kita pelajari lebih dalam aspek - aspek utama yang ada dalam pola pikir seorang hamba.
1. Ketaatan
Seorang hamba menyadari bahwa tugas mereka adalah mengikuti instruksi tuannya, dengan kata lain pelayanan yang mereka lakukan tidak didasarkan pada pertukaran transaksi.
Ketaatan Kristus tidak terjadi secara otomatis, Ia pun berjuang dan berusaha dengan keras untuk melawan setiap godaan yang mencobanya (Mrk 1 : 13; Mat. 16 : 23) dan untuk menundukkan diri-Nya agar sesuai dengan tujuan Allah diperlukan kedisiplinan yang dilakukan dengan sepenuh hati.
Filipi 2:8
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Markus 1:13
"Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia."
Matius 16:23
"Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: ”Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
2. Kerendahan hati
Seorang hamba mengerti posisinya sebagai hamba dan tidak mempertimbangkan bahwa dirinya setara dengan tuannya. Mereka tidak berharap untuk diperlakukan sama seperti tuannya, melainkan sebagai seseorang yang melayani.
Yesus tidak memikirkan dirinya sendiri, melainkan ia hidup dengan taat dan percaya kepada Allah Bapa. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah adalah milik-Nya yang harus dipertahankan, melainkan Dia memilih untuk turun ke dunia dan mengambil rupa seorang hamba untuk menyelamatkan manusia.
Filipi 2:5-7
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
3. Tidak mencari pujian atau pengakuan untuk tindakan yang dilakukan
Seorang hamba menyadari tugasnya untuk taat kepada perintah tuannya tanpa mengharapkan pujian, perlakuan yang spesial, penghargaan maupun pengakuan dari orang lain.
1 Korintus 10:31
"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."
Amsal 27:2
Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kau kenal dan bukan bibirmu sendiri.
Filipi 2:9-11
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Refleksi :
Pesan ini mengajak setiap orang percaya untuk mengadopsi pola pikir Kristus yang rendah hati dan memiliki hati seorang hamba. Sebagai pengikut Kristus, kita harus dengan segenap hati melayani Tuhan dengan kerendahan hati dan ketaatan. Hal tersebut menekankan bahwa pelayanan yang kita berikan kepada Tuhan adalah suatu kewajiban yang kudus yang dilandasi oleh rasa cinta yang dalam serta pengabdian kepada Tuhan dan tidak boleh didorong oleh keinginan pribadi untuk mendapat suatu pengakuan ataupun penghargaan.
Referensi
Comentários