top of page

POLA PIKIR HABAKUK

OKTOBER 2023 | 15 - 21 OKT 2023


Habakuk menangis dan berseru kepada Tuhan mengenai ketidakadilan di negerinya. Ia sangat tertekan dengan peristiwa yang ia lihat di Yehuda. Habakuk bertanya mengapa Tuhan tidak melepaskan orang Israel dari penindasan dan mengapa Tuhan membiarkan mereka menderita di tangan para penindas. Habakuk berdoa berulang kali tetapi Tuhan belum juga menjawab doanya.


Dari pengalaman Habakuk, kita dapat mempelajari perkembangan pola pikirnya dari pola pikir yang meragukan Tuhan hingga ia percaya kepada Tuhan.


1. Pola pikir yang dipenuhi oleh rasa takut, keraguan dan mempertanyakan Tuhan


Habakuk 1:2-4

Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: ”Penindasan!” tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi. Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.

Rasa takut, keraguan dan mempertanyakan Tuhan adalah pengalaman yang umum terjadi pada banyak orang, terutama ketika seseorang menghadapi suatu tantangan, penderitaan atau suatu kesulitan. Mereka mungkin bertanya mengapa Tuhan yang mahakuasa dan maha penyayang mengizinkan mereka merasakan rasa sakit dan penderitaan tersebut serta mengapa doa mereka tak kunjung dijawab oleh Tuhan. Hal tersebut dapat membuat manusia menjadi ragu atas keberadaan Tuhan.


2. Berusaha untuk memahami dan menunggu jawaban Tuhan


Habakuk 2:1

"Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku."

Habakuk berusaha untuk memahami jalan dan tujuan Tuhan. Ia tidak menyalahkan Tuhan, tetapi sebaliknya dengan tulus ia ingin memahami alasan Tuhan tampak tidak ada saat umat-Nya harus menghadapi suatu masalah. Dengan sabar, Habakuk menunggu jawaban Tuhan mengenai pertanyaan dan kekhawatirannya. Ia memposisikan dirinya untuk mendengar Tuhan dan berharap untuk mendapatkan suatu jawaban.


"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

3. Percaya dan memiliki iman pengharapan kepada Tuhan


Akhirnya, Habakuk menentukan pilihannya, ia memutuskan untuk menceritakan hal-hal ajaib yang telah Tuhan lakukan. Ia memutuskan untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa apapun yang terjadi Tuhan tetap Tuhan yang baik. Meskipun ia gemetar (Hab. 3 : 16), ia akan tetap bersorak - sorai dan bersukacita karena Tuhan (Hab. 3 : 18). Tuhan adalah kekuatan Habakuk meskipun ia dalam ketakutan (Hab. 3 : 19).


Ketika keselamatan kita terlihat terlambat, kita harus tetap percaya kepada Tuhan, walaupun kita tidak mengerti alasan mengapa penderitaan dan masalah kita. Tuhan adalah Tuhan yang setia, Ia sanggup untuk menyelamatkan kita dari segala persoalan kita.


Habakuk 3:16-19


Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Pola pikir Habakuk berubah dari yang semula mempertanyakan dan meragukan Tuhan menjadi pribadi yang percaya dan beriman kepada hikmat dan kedaulatan Tuhan. Kisah ini bertujuan untuk mengingatkan kita untuk selalu membawa keraguan dan pertanyaan kita kepada Tuhan dan tetap percaya kepada Tuhan.


Refleksi :

Kita sering memandang Tuhan dengan pemikiran kita yang terbatas, kita selalu bertanya “mengapa?” “berapa lama?” “kapan?” “dimana?” dan sebagian besar pertanyaan tersebut kita lontarkan untuk kehidupan pribadi kita. Kita cenderung melupakan bahwa kita melayani Tuhan yang maha besar, maha tahu, maha kuasa, maha hadir, dan pengasih, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang tidak pernah melakukan kesalahan.


Referensi




277 views0 comments

Recent Posts

See All

댓글


bottom of page