AGUSTUS 2023 | 13 - 19 AUG 2023
Hakim-Hakim 6:11-17
Kemudian datanglah Malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: ”Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” Jawab Gideon kepada-Nya: ”Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.” Lalu berpalinglah Tuhan kepadanya dan berfirman: ”Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!” Tetapi jawabnya kepada-Nya: ”Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.” Berfirmanlah Tuhan kepadanya: ”Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” Maka jawabnya kepada-Nya: ”Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.
Seringkali, anak - anak Tuhan memiliki pola pikir yang keliru, mereka berpikir dan percaya bahwa siapa yang berjalan mengikuti Tuhan memiliki hidup yang enak, nyaman, dan tentram tanpa adanya masalah, ketika ada anak - anak Tuhan yang diijinkan untuk mengalami sebuah masalah / pergumulan, mereka berpikir bahwa Tuhan tidak ada di dalam kehidupannya. Pola pikir tersebut sama seperti yang dialami Gideon, awalnya Gideon penuh dengan keraguan dan rasa tidak aman, namun kemudian ia berubah menjadi seseorang yang penuh dengan iman dan ketaatan.
Berikut merupakan tahapan perubahan pola pikir Gideon, dari seseorang yang semula penuh dengan keraguan dan rasa tidak aman yang kemudian berubah menjadi seseorang yang penuh dengan iman dan ketaatan :
1. Pola pikir yang penuh dengan rasa takut dan rasa tidak percaya diri
Pada masa penindasan bangsa Israel oleh orang - orang Midian, Gideon merasa takut sehingga ia memilih untuk mengirik gandum di tempat pemerasan anggur agar ia tidak terlihat oleh orang - orang Midian. Hal tersebut menandakan bahwa Gideon penuh dengan rasa takut dan rasa tidak percaya diri karena penindasan orang - orang Midian (Hak 6 : 11). Ketakutan dan rasa tidak percaya diri membuat Gideon mempertanyakan keberadaan dan kehadiran Tuhan dalam bangsa Israel serta alasan bangsa Israel harus mengalami penindasan itu (Hak 6 : 13).
Hakim-Hakim 6:13
Kemudian datanglah Malaikat Tuhan dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.
Hakim-Hakim 6:13
Jawab Gideon kepada-Nya: ”Ah, tuanku, jika Tuhan menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah Tuhan telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang Tuhan membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.”
2. Pola pikir yang penuh dengan keraguan dan suka mencari tanda / konfirmasi Pada saat malaikat Tuhan datang menemui Gideon dan berkata bahwa ia akan menyelamatkan bangsa Israel dari cengkraman orang - orang midian (Hak. 6 : 12), Gideon tidak percaya dan ia pun mulai mempertanyakan panggilan Tuhan dan meminta konfirmasi dari Tuhan melalui tanda dan mukjizat seperti bulu domba yang basah pada saat diletakkan ditempat yang kering dan sebaliknya, untuk membuktikan bahwa panggilan tersebut benar berasal dari Tuhan (Hak. 6 : 17).
Hakim-Hakim 6:12
Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: ”Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.
Hakim-Hakim 6:17
Maka jawabnya kepada-Nya: ”Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku.
3. Pola pikir yang penuh dengan rasa enggan dan kecenderungan untuk beralibi
Pada saat Tuhan memanggil Gideon untuk menyelamatkan bangsanya, ia menolak karena ia merasa bahwa ia tidak layak. Dia mendukung argumennya dengan menyebutkan tentang status diri dan keluarganya yang rendah dan tidak berarti (Hak 6 : 15). Hal tersebut menunjukkan pola pikir Gideon yang penuh dengan keengganan dan kecenderungan untuk mencari alasan, mencari kepastian dan tanda - tanda dari Tuhan.
Hakim-Hakim 6:15
Tetapi jawabnya kepada-Nya: ”Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.”
4. Pola pikir yang penuh dengan iman dan ketaatan
Setelah Gideon menerima beberapa tanda dan konfirmasi dari Tuhan mengenai panggilan-Nya, pola pikir Gideon berubah menjadi pola pikir yang dipenuhi oleh iman dan ketaatan. Gideon menyadari bahwa Tuhan bersama dengannya sehingga ia memberanikan diri untuk menghancurkan mezbah baal dan tiang asyera milik ayahnya sebagai bukti kesetiaannya kepada Tuhan.
5. Pola pikir yang dimiliki pemimpin dan keberanian untuk bertindak
Saat Gideon mendapatkan kepercayaan diri, pola pikirnya berubah sehingga membuatnya berubah menjadi seorang pemimpin. Gideon memimpin dan mengumpulkan pasukan dari bangsa Israel untuk melawan orang - orang Midian. Pola pikir Gideon berubah dari seorang yang penuh dengan keraguan dan ketidakpercayaan diri menjadi seseorang yang berani untuk bertindak, mengambil langkah dan memimpin bangsanya untuk melawan penindas mereka.
Dari kisah Gideon, terdapat beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita untuk membantu kita memahami sikap dan tantangan yang mungkin akan kita hadapi di kemudian hari :
1. Mengatasi ketakutan dan rasa tidak percaya diri Sama seperti Gideon yang memiliki rasa takut dan tidak percaya diri, sebagian dari kita pernah mengalami hal tersebut, mungkin pada saat memulai pekerjaan baru, saat mencoba untuk menggapai cita - cita hingga pada saat kita menghadapi sebuah masalah. Dari kisah Gideon, kita dapat mempelajari bahwa kita harus mengatasi rasa takut kita dan berusaha untuk keluar dari zona nyaman kita sehingga kita mengalami perubahan dan pertumbuhan di dalam hidup kita.
2. Meminta konfirmasi dan tanda sebagai bentuk kejelasan Saat Gideon mendengar panggilan Tuhan, ia meminta peneguhan dari Tuhan melalui tanda dan mukjizat, hal tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Saat kita harus mengambil keputusan yang penting di dalam kehidupan kita atau bahkan saat kita dihadapkan dengan sesuatu yang tidak pasti, kita dapat meminta konfirmasi dan tanda dari Tuhan untuk menegaskan apakah pilihan yang kita ambil sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Konfirmasi dan tanda dapat Tuhan berikan melalui siapa saja, seperti mentor / gembala yang Tuhan percayakan didalam hidup kita, melalui perenungan dan lain sebagainya.
3. Mengatasi keraguan diri dan imposter syndrom (Sindrom Penipu) Dalam kehidupan sehari - hari, seringkali kita bergumul dengan imposter syndrom dan bahkan kita juga sering meragukan kemampuan yang kita miliki. Dari kisah Gideon mengingatkan kita untuk dapat menyadari nilai dan potensi yang kita miliki, melawan perkataan negatif tentang diri kita dan memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan.
Renungan
1. Apakah anda pernah mengalami situasi dimana anda penuh dengan keraguan dan rasa tidak percaya diri dan seiring berjalannya waktu berubah menjadi seseorang yang taat, penuh dengan iman dan berani untuk bertindak?
2. Apakah hal yang memotivasi anda untuk berubah?
Referensi
Comments