top of page

MEMAHAMI PADANG BELANTARA KITA

JULI 2024 | 22-28 JUL 2024


Matius 4 : 1

Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.

Banyak orang takut terhadap padang belantara dan akan menghindarinya jika memungkinkan. Daerah ini sering dibayangkan sebagai tempat yang kering dan terpencil dengan tanaman yang keras dan tanah tandus. Kehidupan yang penuh pergumulan terjadi disini, berjuang untuk mendapatkan air yang langka agar dapat bertahan hidup dari hari ke hari. Meskipun terdapat banyak tantangan, padang gurun atau padang belantara tidak bisa kita hindari; hal tersebut mencerminkan prinsip Tuhan, yang membimbing kita melewati setiap musim dalam kehidupan spiritual kita. Sebagian musim hidup kita akan dihabiskan di padang gurun untuk mencapai tujuan supranatural Tuhan bagi kita.


Musim gurun dapat terjadi karena salah satu dari tiga cara berikut:


Pertama, kita memasuki musim padang gurun karena taat pada pimpinan Tuhan.

Setelah baptisan-Nya, Tuhan Yesus Kristus dipimpin oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai. Ketaatan Yesus di padang gurun menggagalkan rencana Setan untuk mendiskualifikasi Dia dan mendorong Dia memulai dalam pelayanan-Nya (Matius 4). Di padang gurun itulah kita dengan rela mengikuti Tuhan dalam penderitaan untuk mengalahkan musuh dan mendapatkan apa yang kita perlukan untuk masuk dalam rencana Tuhan.


Kedua, musim padang gurun mungkin terjadi karena dosa kita.

Bangsa Israel berada dalam posisi seperti itu. Meskipun pada mulanya mereka masuk ke padang gurun karena ketaatannya, tetapi mereka berdosa besar terhadap Tuhan ketika mereka berada di sana. Oleh karena itu, Allah berjanji untuk membersihkan generasi yang berdosa dari mereka sebelum mereka dapat masuk ke Tanah Perjanjian. Jadi, atas seijin Tuhan mereka mengembara selama 40 tahun di padang gurun (Bilangan 14:34). Sama halnya dengan kita, seringkali Tuhan mengijinkan kita untuk berada di padang gurun untuk memurnikan diri kita dari dosa sebelum Ia menggenapi janji - janji-Nya dalam hidup kita.


Ketiga, kita memasuki padang gurun ketika keadaan di luar kendali kita mendorong kita masuk ke dalamnya.

Hal ini terjadi  dengan Ayub (Ayub 1:9-12). Ia mengalami kerugian yang sangat besar, bukan karena dosa atau pilihan yang diambilnya, melainkan karena tantangan iblis supaya Tuhan menguji Ayub. Tidak setiap kerugian yang kita derita dalam hidup kita disebabkan oleh hal-hal yang terjadi seperti Ayub,  namun baik Tuhan maupun Setan mengawasi respons kita di musim gurun kita. Masing-masing baik Tuhan maupun iblis mencari kesempatan: Tuhan mencari kesempatan untuk memulihkan dan memberkati; Setan sedang mencari kesempatan untuk membelenggu kita supaya menghalangi kita untuk bergerak maju.

 

Refleksi : 

Respons kita di padang gurun menentukan musim kita selanjutnya. Jika Musa tidak melanggar perintah Allah di padang gurun, dia akan diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian (Bilangan 20:7-12). Jika Ayub menyerah pada kesedihan dan mengutuk Tuhan, dia tidak akan pernah mendapatkan berkat dan pemulihan baru yang Tuhan curahkan kepadanya (Ayub 42 : 12); dia akan mati sebagai orang tua yang pahit. Jika Kristus menyerah pada pencobaan, Dia tidak hanya akan kehilangan tujuan-Nya, namun kita juga akan kehilangan satu-satunya cara penebusan kita!


Kita harus ikut serta dalam rencana Tuhan dalam hidup kita agar dapat memasuki musim berikutnya yang telah ditetapkan bagi kita. Namun kita sering kali dirundung kesedihan di tengah padang belantara sehingga kita tidak bisa bergerak maju. Bagaimana kita beralih dari realita kesedihan kita yang menyakitkan menuju kepada rencana pemulihan Allah yang nyata? 


Referensi




137 views0 comments

Comments


bottom of page