top of page

KEPEMIMPINAN YANG SUPRANATURAL (PART 03)

JULI 2024 | 15-21 JUL 2024


Kehidupan para Pemimpin Alkitab memberi kita gambaran yang indah dan contoh kuat yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat praktis ini akan memberi kita wawasan dan petunjuk, serta mendorong kita untuk bertahan dalam setiap keadaan yang kita hadapi. Semoga kita mengalami rencana-Nya dan menggenapi tujuan-Nya dalam segala hal yang kita lakukan, baik peran kita sebagai pemimpin di gereja, di keluarga kita, atau di tempat kerja sekalipun.


Kejadian 16:2

Berkatalah Sarai kepada Abram: ”Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Sampai batas tertentu, jalan pintas adalah sifat natural yang dimiliki oleh manusia. Saat berkendara, kita pasti secara strategis mencari rute tercepat dari Titik A ke Titik Z, dan perangkat GPS tidak perlu lagi menebak-nebak dalam proses ini. Berbeda dengan manfaat yang dapat diperoleh dengan mengambil jalan pintas, tidak ada jalan pintas yang bermanfaat dalam proses hidup kita. Pastinya tidak ada GPS untuk membantu menuntun kepada rute terbaik.


Tidak ada jalan pintas


Dalam proses kehidupan Abraham menunjukkan bahwa proses untuk mencapai kedewasaan rohani merupakan proses seumur hidup. Kejadian 16 adalah titik terendah dalam kehidupan Abraham. Meskipun ada perjanjian luar biasa yang dibuat Tuhan dengannya untuk menjadikannya ayah dari keturunan yang tak terhitung jumlahnya, faktanya dia tetap tidak memiliki anak. Pada saat ujian yang penting ini, Abraham mendengarkan nasihat manusia dan bukannya mempercayai janji Tuhan. Istrinya, Sarah, menasehati dia agar menghasilkan anak melalui hambanya Hagar (Kejadian 16:2) Ini adalah praktik yang umum diterima pada zaman Abraham. Itu adalah alasan terbaik yang bersifat duniawi, namun itu bukanlah cara Tuhan. Setelah sepuluh tahun menantikan Tuhan, iman Abraham goyah dan dia memilih rencana Sarah. Hagar memang menghasilkan seorang putra, Ismael, yang pada akhirnya akan menjadi musuh bebuyutan Israel. Ribuan tahun kemudian, manusia terus menderita dan mati karena Abraham memilih mengambil jalan pintas dibandingkan mempercayai janji Tuhan.


Abraham berumur seratus tahun ketika Ishak lahir. Dia telah menunggu dua puluh lima tahun sampai Tuhan melaksanakan janjinya. Abraham mendapat pelajaran tentang perbedaan antara waktu Tuhan dan waktu manusia. Tuhan melihat segala sesuatu dari sudut pandang kekekalan. Manusia melihat sesuatu dari sudut pandang yang sifatnya sementara. Ketika para pemimpin rohani menantikan Tuhan dengan sabar, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, Tuhan selalu membuktikan bahwa Dia benar-benar menepati janji-Nya.


Bangun mezbah spiritual


Perjalanan rohani Abraham dapat ditelusuri dengan mengamati altar-altar yang dibangunnya. Setiap kali Abraham mencapai suatu tonggak sejarah dalam hidupnya, atau setiap kali dia mempelajari sesuatu yang baru tentang Tuhan, dia membangun sebuah mezbah.


Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan. Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb. - Kejadian 12 : 7 - 9 


Setiap altar memberikan kesaksian tentang pertumbuhan Abraham dalam memahami jalan Tuhan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Ketika kelaparan parah melanda Kanaan, Abraham mengambil tindakan sendiri dan pindah ke Mesir. Sayangnya, dia tidak berkonsultasi dengan Tuhan, baik ketika dia berangkat ke Mesir maupun ketika dia tiba. Tidak disebutkan adanya mezbah yang dibangun ketika Abraham berada di Mesir (Kej. 12:10–20). Setiap kali Abraham mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan Tuhan, akibatnya adalah bencana.


Refleksi : 

Pembentukan karakter membutuhkan waktu. Tidak ada jalan pintas. Ada dua faktor yang menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan Tuhan untuk mengembangkan karakter yang layak untuk kepemimpinan rohani, yaitu kepercayaan kepada Tuhan dan ketaatan kepada Tuhan.


Pembentukan karakter bisa menjadi proses yang lambat dan terkadang menyakitkan. Namun orang yang bersedia membiarkan Tuhan menyelesaikan prosesnya akan merasakan betapa senangnya dipakai oleh Tuhan. Mereka yang menyerahkan hidupnya pada proses pemurnian Tuhan akan merasakan sukacita mendalam yang didapat dengan mengenal Tuhan secara pribadi. 


Referensi




121 views0 comments

Comentários


bottom of page